Senin, 31 Desember 2012

psikologi pendidikan


A.    Konsep Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Peletak dasar teori Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannnya diikuti oleh Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpanse. Penelitian-penelitian ini menumbuhkan psikologi gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam pengalaman. Konsep penting dalam psikologi gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight ini sering dihubungkan dengan pernyataan aha.
Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi aliran-aliran lain . Bagi yang mengikuti aliran Gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer ialah keseluruhan, sedangkan bagian–bagiannya adalah sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain; keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Contohnya  kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejahuan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru, melainkan teman kita itu secara keseluruhan selanjutnya baru kemudian kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu misalnya baju yang baru.
Menurut aliran Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitub hukum Prägnanz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum-hukuum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas.


B.     Penerapan Teori Belajar Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.      Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Contoh: Bila menganalisis sesuatu tentu tidak hanya satu penyebabnya namun dilihat dari berbagai unsur yang saling berkaitan dan memiliki sebab akibat. Misalnya para pelaku penyimpangan sosial, mereka melakukan itu tentu tidak semata-mata mereka ingin melakukan penyimpangan tersebut, tetapi ada berbagai sebab yang membuat mereka melakukan hal tersebut dan tentunya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.
2.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
Contoh: Masih pada perilaku menyimpang, makin banyak kita tahu apa yang menyebabkannya melakukan perbuatan itu tentu kita menjadi memahami bahwa tidak semua pelaku menyimpang menginginkan ia melakukan hal tersebut. Dan setelah kita memahami berbagai penyebabnya, kita dapat mencari pemecahan masalahnya yang diakitkan dengan berbagai aspek secara keseluruhan.
3.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
Contoh : Dalam setiap pembelajaran. Sebelum dimulainya proses belajar mengajar sebaiknya diberitahukan terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan pembelajaran tersebut. Agar bukan hanya guru yang memahami apa yang ia ajarkan namun juga siswa mengerti apa yang ia pelajari.
4.      Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
Contoh : Dalam berbagai mata pelajaran, apalagi di bidang ilmu sosial, diharapkan siswanya bukan hanya mampu memahami teori tetapi juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang ia pelajari.
5.      Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Contoh : Misalnya pada suatu studi kasus, para siswa tentu akan memahami sebab akibat yang terjadi dalam masalah yang mereka hadapi, namun terkadang apabila disodorkan masalah lain siswa kebingungan untuk mencari penyelesaiannya. Oleh karena itu, diharapkan siswa dapat memahami unsur-unsur pokok dalam setiap yang mereka pelajari, agar apabila terdapat kasus yang berbeda ia dapat menyelesaikannya juga.
Selain lima hal yang telah dikemukakan diatas, ada juga penerapan teori Gestalt dalam bidang berikut ini, diantaranya:
a.       Dalam Bidang Kurikulum
Kurikulum concentris merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu jiwa Gestalt. Kurikulum ini mempunyai pusat yang sama (concentris). Dalam tingkatan yang rendah, disusun kurikulum dari suatu kesatuan yang utuh. Di sini diajarkan yang pokok-pokok secara garis besar. Di tingkat yang lebih tinggi, kesatuan itu diberikan lagi, tetapi dibahas lebih mengarah ke bagian-bagian lebih mendalam.
b.      Dalam Bidang Didaktik Metodik
Dalam bidang Didaktik Metodik, khususnya mengenai metode membaca menulis pengaruh teori Gestalt ini sangat besar. Penerapan teori ini terutama dalam mengajar membaca menulis yang menggunakan metode global.
C.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt
Setiap teori pada umumnya tidak bisa sempurna seutuhnya, begitu pula dengan teori Gestalt. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kekurangan teori belajar Gestalt:
            Kelebihan Teori Belajar Gestalt:
a.       Melihat proses perkembangan sebagai proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.
b.      Aliran Neo-Gestalt, yang bentuk nyatanya salah satu adalah aliran psikologi medan (yang dirintis oleh Kurt Lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi proses stratifikasi. Sruktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.
c.       Inti pelajaran menurut ini adalah mendapatkan “insight” artinya :  dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari.
d.      Dalam penerapan pada metode membaca Gestalt memiliki kelebihan banyak sekali dibandingkan dengan metode mengeja diantaranya murid belajar secara alamiah, menarik, sesuai dengan tingkat perkembangannya, mudah memahami isi, dan murid lebih cepat bisa membaca.
            Kekurangan Teori Belajar Gestalt:
a.       Pemecahan problem sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi dengan tepat maka problem “pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu. Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah ketidakmampuan memecahkan masalah.
b.      Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenological.
c.       Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan masalah belajar dan persepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Pelajar.
Rumini, Sri dkk. 1998. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP Universitas Negeri Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar